Dimas Wibisono
Semua orang di dunia menyetujui bahwa seorang pemimpin harus memiliki visi serta arahan stratejik yang jelas untuk bisa memimpin organisasi dalam mencapai tujuan. Sebagian orang juga setuju bahwa kepemimpinan itu lebih mengarah kepada seni “keahlian menciptakan karya” daripada sains “ilmu pengetahuan pada umumnya”. Tujuan utama kepemimpinan adalah menginspirasi anggota organisasi untuk menciptakan masa depan perusahaan yang lebih baik. Hal ini agar dapat menginspirasi anggotanya, seorang pemimpin memerlukan komunikasi yang efektif sebagai alat untuk membentuk kepemimpinan, yang akan membuat anggota organisasi secara sukarela dan senang hati mencapai tujuan organisasi.
Daniel Goleman (1998) dalam artikelnya yang berjudul What Makes a Leader? mengungkapkan fakta bahwa seorang pemimpin yang efektif cenderung memiliki kecerdasan emosi (EQ) yang tinggi, sedangkan kecerdasan intelektual (IQ) dan juga kemampuan (skill) hanya digunakan sebagai pintu masuk untuk mendapatkan posisi sebagai pemimpin di dalam sebuah organisasi. Seorang yang mendapatkan posisi sebagai pemimpin tetapi tidak memiliki kecerdasan emosi yang baik, ia tidak akan pernah menjadi pemimpin yang hebat yang bisa menginspirasi pengikutnya.
Schoemaker, Krupp dan Howland (2013) artikelnya yang berjudul Strategic Leadership: The Essential Skill menyebutkan ada enam kemampuan yang dapat dikuasai oleh seorang pemimpin untuk bisa menjadi pemimpin yang adaptif dan bisa berfikir secara stratejik. Dengan memiliki kemampuan-kemampuan
Mengantisipasi
Banyak organisasi yang kesulitan untuk memahami ketidakpastian, ancaman, dan kesempatan yang muncul dalam industri, sehingga mereka terlambat untuk membuat keputusan strategis dan kalah dari kompetitornya. Seorang pemimpin yang berfikir secara stratejik harus peka dan selalu waspada terhadap perubahan lingkungan industri dan bisa berfikir alternatif untuk bisa menyesuaikan diri dengan perubahan yang mungkin muncul.
Menantang diri sendiri
Pemimpin yang berfikir secara stratejik tidak akan puas dengan status quo. Pemimpin menerima tantangan dan selalu menantang diri mereka sendiri untuk terus berkembang. Mereka berani dan terbuka dengan perubahan karena engan menantang diri sendiri dan keluar dari zona nyaman, mereka akan mendapatkan solusi yang inovatif dalam menyelesaikan masalah.
Sensitif sinyal perubahan
Seorang pemimpin yang berfikir stratejik akan mampu menerjemahkan sinyal-sinyal perubahan dan mengolah input yang didapat menjadi informasi untuk dijadikan cara pandang yang baru dalam mengahadapi perubahan. Mereka juga akan lebih peka dalam menangkap peluang.
Pengambilan keputusan
Seorang pemimpin yang berfikir stratejik harus memiliki beberapa alternatif sebelum membuat keputusan. Ketika alternatif sudah dipilih, seorang pemimpin harus memiliki alasan dan keyakinan yang kuat untuk mempertahankan pilihan yang ia yakini benar.
Beraliansi (bekerjasama)
Seorang pemimpin yang berfikir stratejik harus bisa mengkomunikasikan keputusannya secara efektif kepada anggota organisasi dan juga seluruh stakeholder. Karena kesuksesan sebuah keputusan yang diambil juga sangat bergantung dari dukungan anggota dan stakeholder organisasi.