FEB Universitas Alma Ata-Mata uang Asia masih menghadapi tekanan terhadap dolar Amerika Serikat (AS) di tengah respons pasar terhadap kebijakan yang dijanjikan oleh Presiden Terpilih AS, Donald Trump, terkait tarif impor.
Menurut data Bloomberg, baht Thailand mencatatkan pelemahan terdalam di Asia dengan penurunan 0,45%. Berikutnya, rupiah melemah 0,34%, ringgit Malaysia turun 0,31%, dolar Singapura terkoreksi 0,22%, dan yuan China mengalami penurunan sebesar 0,16%.
Selain itu, dolar Taiwan turun tipis 0,02%, rupee India terkoreksi 0,016%, sementara peso Filipina melemah 0,015%. Won Korea Selatan juga mencatat pelemahan kecil sebesar 0,006% terhadap dolar AS pada perdagangan sore ini.
Sebaliknya, yen Jepang menjadi mata uang Asia dengan penguatan terbesar, naik 0,14%, diikuti oleh dolar Hong Kong yang menguat tipis 0,004%.
Sentimen Negatif dari Kebijakan Tarif Impor Trump
Baca Juga : Indonesia Bakal Jadi Negara dengan PPN Tertinggi di ASEAN pada 2025
Analis Doo Financial Futures, Lukman Leong, menjelaskan bahwa pelemahan mata uang Asia ini dipicu oleh sentimen risk-off di pasar global. Pasar bereaksi terhadap rencana Trump untuk menerapkan tarif impor sebesar 25% pada Kanada dan Meksiko, serta tambahan 10% pada produk dari China.
“Pasar merespons kebijakan tersebut karena menimbulkan kekhawatiran terhadap perdagangan global,” kata Lukman kepada Kontan.co.id pada Selasa (26/11).
Prospek Pergerakan Mata Uang Asia
Secara umum, pergerakan mata uang Asia masih sangat bergantung pada arah kebijakan Trump. Jika Trump hanya fokus pada negara-negara seperti China dan Meksiko yang memiliki surplus besar terhadap AS, negara-negara lain seperti Vietnam, Malaysia, Thailand, Indonesia, dan India dapat menjadi alternatif investasi karena tenaga kerja yang lebih murah. Namun, negara dengan biaya tinggi seperti Singapura kemungkinan tidak menjadi pilihan utama bagi investor.
“Namun, risiko tetap ada karena Trump bisa saja memperluas daftar negara yang terkena tarif tambahan,” tambah Lukman.
Prediksi untuk Pergerakan Berikutnya
Lukman memprediksi tekanan terhadap mata uang Asia akan berlanjut dalam jangka pendek. Hal ini sejalan dengan pandangan Direktur Laba Forexindo Berjangka, Ibrahim Assuaibi, yang menyatakan bahwa pengaruh kebijakan Trump masih akan mendominasi pasar mata uang.
Namun, Ibrahim mencatat bahwa dolar Singapura memiliki potensi untuk menguat karena didukung oleh stabilitas ekonomi yang cukup baik. “Kalaupun terjadi pelemahan, kemungkinan akan terbatas pada level support di 1,34428 dan resistance di 1,35117,” tutupnya.
Dengan demikian, pelaku pasar diharapkan tetap waspada terhadap dinamika kebijakan perdagangan global yang dapat terus memengaruhi pergerakan mata uang di kawasan Asia.
Autor : Khabiburohman
sumber artikel: https://investasi.kontan.co.id/news/pergerakan-mata-uang-asia-masih-akan-tertekan-efek-trump
sumber Gambar: https://www.freepik.com/free-photo/banknotes-with-magnifying-glass_1014361.htm#fromView=search&page=2&position=51&uuid=9f47f2c7-c4d0-4db8-8bd1-a420f9d9a84e