Oleh : Ririk Sulistiawan | 193200070
Prodi S1 Akuntansi Alma Ata – Pandemi covid 19 telah membuat pertumbuhan ekonomi berkontraksi sebesar -2,07% year on year pada tahun 2020. Implikasi dari kontraksi pertumbuhan ekonomi ini telah membuat tingkat pengangguran, kemiskinan, dan ketimpangan melonjak. Ekonomi domestik ini mampu tumbuh dengan berjejak dari zona positif di sepanjang tahun 2021 menjadi 3,69% year on year yang tidak mampu lepas dari percepatan vaksinasi yang diikuti dengan perbaikan tata kelola penanganan pandemi.
Kemudian ketika muncul varian delta pada juli hingga agustus 2021, pemerintah melakukan pengetatan mobilitas yang sangat keras. Pertumbuhan ekonomi melambat menjadi 3,51% year on year dari kuartal II/2021 sebesar 7,07% year on year ketika jalur delta bisa diredam dan pelonggaran mobilitas dilakukan, maka pertumbuhan ekonomi kuartal IV/2021 naik menjadi 5,02% year on year. Memasuki awal 2022, Indonesia juga di serang oleh virus bernama omicron. Namun, karena cakupan vaksinasi sudah relatif lebih tinggi dari 2021 dan tidak dilakukan pengetatan mobilitas yang sangat keras, maka hasilnya pertumbuhan ekonomi indonesia dikuartal I/2022 menurut kementerian keuangan berada di level 4,5% sampai 5,2% year on year.
Meskipun fundamental ekonomi makro Indonesia kuat, wabah covid 19 telah mengubah arah perekonomian, dengan menjadi buruk lingkungan eksternal dan menjadi lemah permintaan domestik. Untuk itu diperlukan langkah strategis dalam pemulihan dan percepatan pertumbuhan ekonomi jangka pendek, menengah, dan panjang. Yaitu melalui transformasi ekonomi. Saat ini merupakan momentum yang tepat untuk melakukan transformasi ekonomi di mana transformasi ekonomi akan menjadi lebih efektif jika dilakukan di saat pertumbuhan ekonomi sebuah negara tren positif.
Kemudian pemerintah juga mengeluarkan strategi-strategi kebijakan guna untuk memulihkan perekonomian di Indonesia. Pemerintah optimiskan untuk melakukan kebijakan dengan konsisten dan juga membangun kerja sama dengan seluruh komponen-komponen bangsa. Hal ini juga tidak hanya dilakukan pemerintah pusat saja, dan juga harus didukung penuh dari pemerintah daerah juga guna menjadi peran utama pada gerakan pemulihan ekonomi pada saat ini. Pemerintah daerah juga berperan penting dalam strategi mendorong percepatan dan efektivitas pemulihan ekonomi juga harus memahami struktur-struktur ekonomi daerah, demografi, dan kondisi sosial ekonomi masyarakat pada saat pandemi itu terjadi. Pemerintah daerah juga harus mempunyai tolak ukur utama juga dalam guna untuk mendorong pemulihan ekonomi yaitu dengan melakukan kebijakan yang telah dirancang dalam APBD itu tersebut. Sebagaimana dikemukakan oleh teori Robert Solow bahwa produksi tenaga kerja merupakan faktor yang sangat berpengaruh dalam pertumbuhan ekonomi.
Dalam kondisi adanya wabah pandemi covid 19, ternyata banyak sekali dampak yang ditimbulkan oleh pandemi ini utamanya di sektor perekonomian indonesia. Dilihat dari tingkat pengangguran yang bertambah. Sejak pandemi tak sedikit perusahaan-perusahaan yang menutup kegiatan operasionalnya, ada yang sementara ada juga dengan batas waktu yang tidak bisa ditentukan. Mau tidak mau karyawan-karyawannya akan menganggur untuk sementara waktu. Tidak hanya itu adanya aturan pemerintah tentang social distancing, lockdown dan PSBB bagi daerah zona merah menyebabkan gerak masyarakat terbatas sehingga banyak masyarakat yang menganggur. Kemudian angka kemiskinan juga kian meningkat jumlah penduduk miskin di indonesia sebesar 10,19% atau sebanyak 27,55 orang. Meningkatnya jumlah penduduk miskin sehingga membuat aktivitas perekonomian tidak dapat berjalan dengan normal.
Kemudian turunnya angka kemiskinan berdasarkan dari laporan akhir BPS semakin membuka untuk harapan kita terhadap prospek pemulihan ekonomi itu sendiri. Setelah melonjaknya hingga mencapai double digit pada saat tahun 2020 akibat pandemi itu tersebut, tingkat kemiskinan kembali lagi dapat ditekan ke level 9,71% pada saat september 2021 itu, perkembangan ini juga sejalan dengan trennya pertumbuhan ekonomi yang sejak dari tahun lalu kembali positif lagi. Meskipun belum bisa menyamai situasi pandemi (9,22% pada saat september 2019) penurunan angka pada kemiskinan itu setidaknya itu menjadi salah satu dari indikasi bahwa perekonomian indonesia berangsur membaik.
Sumber : https://binamarga.pu.go.id/