PPKM DARURAT DIPERPANJANG? DUA RESIKO BESAR DAPAT TERJADI

PPKM DARURAT DIPERPANJANG? DUA RESIKO BESAR DAPAT TERJADI

PPKM DARURAT DIPERPANJANG? DUA RESIKO BESAR DAPAT TERJADI

Nila Hidayah, M.Ak.-Dosen Prodi Akuntansi UAA

Pemberlakuan PPKM Darurat Jawa-Bali 3-20 Juli 2021 memberikan dampak besar bagi kondisi ekonomi, baik masyarakat ekonomi menengah ke atas dan terlebih lagi tentunya bagi masyarakat ekonomi menengah ke bawah. Belum usai pemberlakuan kebijakan ini dan belum 100% masyarakat beradaptasi dengan situasi tersebut, namun sudah beredar rumor bahwa PPKM Darurat akan diperpanjang hingga 6 minggu guna menekan kenaikan angka kasus Covid-19 dengan harapan masyarakat mengurangi mobilitas. Lalu bagaimana nasib ekonomi secara umum jika kebijakan pemberlakuan PPKM Darurat benar-benar akan dilakukan? Beberapa resiko pun akan bermunculan, pertama resiko lambatnya pertumbuhan ekonomi seperti yang diungkapkan oleh Menteri Keuangan bahwa tingkat konsumsi masyarakat akan melambat, begitu pula dengan prediksi melambatnya pertumbuhan ekonomi RI. Resiko yang kedua yaitu terjadinya ledakan kasus PHK, di mana telah banyak perusahaan yang mengajak serikat pekerja untuk berunding guna membicarakan program pengurangan jumlah karyawan, bahkan sudah ada beberapa karyawan yang dirumahkan dan terancam terkena pemotongan upah. Tentu hal ini menjadi perhatian besar dengan harapan pemerintah dapat memberikan sikap tegas terhadap keputusan beberapa perusahaan tersebut. Meski masih ada beberapa perusahaan yang berupaya untuk mempertahankan karyawan dan tetap memberikan gaji karena faktor kemanusiaan dan optimisme meski dalam kondisi yang tidak mudah. Maka kita sebagai masyarakat baik dari sisi konsumen maupun produsen perlu bahu membahu guna meminimalisir dua resiko di atas jika benar-benar muncul ketika PPKM Darurat diperpanjang. Resiko pertama dapat kita minimalisir dengan mendukung dan berpartisipasi aktif terhadap program percepatan vaksinasi Covid-19 serta memberlakukan prokes 5M untuk meminimalisir penyebaran virus. Dengan demikian, masyarakat yang harus keluar rumah untuk memenuhi kebutuhan dapat lebih merasa aman. Kita juga perlu melek teknologi agar dapat tetap memenuhi kebutuhan dari rumah melalui aplikasi belanja online sehingga dapat membantu para pengusaha dengan membeli serta mengkonsumsi produk-produk milik mereka maupun menggunakan jasa yang mereka tawarkan. Kemudian resiko kedua dapat kita minimalisir dengan pemberlakuan kerja secara bergilir sesuai aturan, sehingga para karyawan tetap dapat produktif meski dari rumah, angka PHK dapat ditekan dan perusahaan tetap dapat beroperasi serta pengeluaran perusahaan dapat teratasi.

Open chat